Loading Now

Filsafat dan Pendidikan

Sumber%2BGambar%2Bdari%2Bhidayatullah.com Filsafat dan Pendidikan
Sumber Gambar : Canva


Membicarakan kedua hal yang sama-sama dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang akan terus berjalan, tampaknya Filsafat dan Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting di dalam kehidupan, apalagi keduanya merupakan satu bagian yang saling melengkapi. Namun perlahan keduanya memiliki bagian yang telah didistorsikan oleh sebagian orang yang tidak memahami esensial dari keduanya tersebut. Seakan-akan keduanya hanya terpandang sebagai kegiatan yang bersifat pragmatis dan sementara. Mengapa tidak? Filsafat dan Pendidikan sejatinya bersifat berkepanjangan, maksudnya adalah tujuan dari penggunaan ilmu tersebut tidak hanya untuk tujuan yang sementara, karena keduanya adalah ilmu pengetahuan yang tidak bisa dianggap sebagai untuk kepentingan saja.

Mengenai distorsi yang berkembang di dalam dunia pendidikan, sebenarnya hal tersebut sudah terjadi sejak lama bahkan sudah kita sadari pada masa Sekolah Dasar. Distorsi yang pertama adalah pendidikan hanya sekadar nilai yang tertulis. Stereotipe yang berkembang, baik di masa lalu maupun sekarang masih sangat berkembang sampai adanya nilai. Kemudian, nilai tersebut sering digunakan untuk memancing stereotipe anak pintar dan anak bodoh. Padahal, realitas ini sangatlah pendek dan tidak berjangka panjang, karena ini hanya untuk memenuhi kebutuhan administrasi semata bukan untuk kepentingan yang lebih universal yaitu to be intellectual. 

Distorsi yang kedua adalah pendidikan hanya untuk yang berduit, memang betul ada istilah semua butuh duit dan semua orang pasti akan mencarinya. Akan tetapi, pendidikan semestinya bukan untuk orang kaya, tetapi juga untuk yang tidak mampu, namun ia ingin sekali bersekolah dengan alasan yang senantiasa menyentuh seperti menjadi guru untuk di desanya, atau mungkin menjadi penggerak peradaban, dan lain sebagainya, tapi anggapan tersebut sering dianggap bullshit (baca : omongan sampah) semata orang banyak orang. 

Distorsi yang ketiga adalah pendidikan hanya dilihat dari kepintaran satu sisi, pernahkah kita mendengar ketika ada orang yang pintar matematika dan bahasa Inggris ia adalah orang yang pintar. Jika anda pernah mendengar hal tersebut, itu hanyalah sebuah stereotipe bukan kebenaran Absolut. Realitasnya, matematika dan bahasa Inggris bukanlah sebuah indikator mutlak yang mesti di-iya-kan oleh banyak orang. Bagaimanapun, pendidikan tidak memandang sebelah mata ilmu pengetahuan seperti Seni, Humaniora, Sastra, Olahraga dan lain sebagainya.

Lain hal Pendidikan, lain juga untuk Filsafat, yang setidaknya mendapat respon yang negatif dari sebagian besar orang, dan salah satu argumennya adalah bisa membuat orang menjadi ateis. Setidaknya ada banyak distorsi yang berkembangan di dalam benak kita mengenai Filsafat. Distorsi yang pertama, Filsafat dianggap sebagai penyebab orang tidak beragama dan ber-Tuhan. Perlu diingatkan kembali, kita mesti membedakan antara Filsafat dan Filsuf. Sebenarnya, jika kita lebih teliti lagi filsafat justru memberikan ruang sebebas-bebasnya kepada manusia agar ia ber-Tuhan atau tidak, jika ia ber-Tuhan silahkan, jika tidak juga silahkan karena dikembalikan kepada manusianya sendiri.

Distorsi yang kedua, Filsafat dianggap sebagai hadirnya perdebatan yang merusak. Perlu diketahui, berdebat adalah cara intelektual yang mesti kita lestarikan, karena dialektika sendiri merupakan bagian dari kehidupan. Kita tidak akan bisa menghindar dari dialektika, dan kehidupan sehari-hari tidak akan bermakna tanpa ada dialektika. Karena, dialektika sendiri berisi tentang ungkapan, perasaan setuju atau tidak setuju. Untuk hal ini, filsafat tidak bisa dihindari, akan tetapi bisa dikontrol.

Distorsi yang ketiga, Filsafat dianggap haram mutlak oleh sebagian orang. Perlu diketahui, mereka sendiri yang mengharamkan filsafat juga berfilsafat, istilah simpelnya filsafat mengharamkan filsafat. Bukankah pada saat ia mengharamkan filsafat juga perlu memikirkan sesuatu? Jika ia memikirkan, pasti ia sendiri telah terjebak dengan omongannya sendiri tanpa ia sadari. Bahkan Tuhan pun menyuruh kita untuk berpikir dan merenungi, bukankah itu adalah kegiatan berfilsafat? Seharusnya demikian, tetapi, tidak diperhatikan oleh banyak orang.

Pada dasarnya, Filsafat dan Pendidikan memiliki kesamaan untuk memberikan pencerahan di dalam kehidupan manusia, karena tujuan akhir dari Filsafat adalah kebijaksanaan sedangkan Pendidikan adalah menciptakan peradaban yang manusiawi, karena konteksnya adalah memanusiakan manusia, bukan untuk membuat manusia menjadi binatang. Meskipun kedua ilmu tersebut mengalami aib, tetapi keduanya berjalan serasa penuh santai bagaikan tidak menghiraukan ejekan dari orang lain.[] 

  

Share this content:

Post Comment