Loading Now

Kemerdekaan Hati, Jiwa dan Pikiran

 

20200819_185132_0000 Kemerdekaan Hati, Jiwa dan Pikiran
Sumber Gambar : Canva


Jika kita membayangkan arti dari Merdeka, pasti yang ada di benak kita adalah terbebas dari segala penderitaan dan keterpaksaan. Namun, apakah kita menyadari, mengapa kita mesti terbebas dari penderitaan? Apa itu bebas sebenarnya? Dan mengapa manusia sangat menginginkan kebebasan itu? Setidaknya, ketiga pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang bersifat fundamental dan mengundang analisa di dalam pikiran kita. Bagaimanapun manusia sangat menginginkan kebebasan pada kenyataannya.

Sepanjang sejarah yang kita amati selama ini, hidup manusia itu sering kali datangnya penderitaan. Para Nabi misalnya, harus dihadapkan dengan ujian yang penuh lika-liku yang sangat mendalam, seperti contoh Nabi Ibrahim yang berjuang dari penderitaan Raja Namrud di saat pembakaran dirinya, Nabi Musa yang berlari bersama umatnya dari kejaran Fir’aun karena ingin mendapatkan kebebasan, lalu ada Nabi Muhammad yang dihadapkan dengan kaum Musyrik Quraisy yang bar-bar dan bringas kepada kaumnya. Hal itu mungkin tidak dapat mereka hindarkan lagi ancaman tersebut, tetapi tujuan mereka hanya satu yaitu kebebasan yang hakiki yaitu Surga. Tidak hanya kebebasan ukhrawi tetapi kebebasan yang bersifat duniawi mereka juga akan gapai itu sebagai komitmen mereka sebagai manusia.

Mengenai bebas sendiri, setidaknya kita dihadapkan dengan pertanyaan apakah bebas sama seperti burung yang bebas terbang? Atau kehendak yang kita inginkan? Setidaknya hal ini pernah dipertanyakan oleh filsuf-filsuf terdahulu. Meskipun Liberty/Liberte, juga memiliki makna kebebasan, tetapi jika kita lihat kebebasan yang dimaksud lebih bermakna semaunya. Lalu muncul pertanyaan apakah kebebasan itu ibarat seperti memakan bakso yang bercampur Siomay, Sate, Soto, Mie Goreng dalam satu wadah secara semaunya? Jika itu kita iyaka, maka secara tidak langsgun kita sudah menghilangkan makna kebebasan itu sendiri dan berubah menjadi semaunya saja. Maka dari itu, kebebasan adalah suatu ungkapan yang sampai sekarang masih perlu dipertanyakan, meskipun kita sudah hidup di masa Kontemporer ini.

Baik di masa lalu maupun masa sekarang manusia akan senang sekali untuk mencari kebebasan, apalagi yang tanpa bersyarat. Manusia memang sarat akan menginginkan kebebasan, apalagi jika kebebasan tersebut di dalam dunia kerja. Hal itulah yang membuat pikiran mereka menjadi sesuatu yang produktif dan kreatif. Tetapi, apakah semua kebebasan itu akan melahirkan produktif dan kreatif? Tampaknya itu tidak semua akan terjadi demikian. Kita lihat saja di masa-masa perang, yang sangat sarat akan kebebasan untuk membunuh siapa saja, terkadang ia membunuh orang yang tak bersalah, dan ia mungkin mengungkapkan itu adalah kreatifitas dia untuk mengefisiensi jumlah pengkhianat menjadi nihil. Bukannya justru menghilangkan kemanusiaan.

Pada Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-75 ini, kita sebagai manusia dan warga Indonesia, sudah semestinya memikirkan kembali kebebasan apa yang ingin kita raih. Karena kebebasan dan merdeka itu dua kata yang makna nya sering kali disamakan. Terkadang kita mesti memikirkan kemerdekaan yang bersifat kejiwaan, agar senantiasa hiduo tentram dan damai, kemerdekaan hati agar menjadi pribadi yang berhati mulia, dan kemerdekaan pikiran yang membuat gelombang intelektual yang bermutu dan berdaya saing global.[]

Share this content:

Post Comment