Pengalaman Berarti tentang Lingkungan Hidup di Sekolah
Pendahuluan
Hari Kamis yang lalu, saya sempat menugaskan kepada anak-anak kelas 6 yaitu Averroes Class untuk membuat sebuah laporan kecil-kecilan tentang lingkungan hidup mereka di sekolah. Adapun dari tulisan yang telah ditulis, setidaknya ada lima tulisan yang sebenarnya memberikan perhatian saya dan setidaknya akan membagi pada tiga segmen yaitu tentang ekspektasi, realitas dan langkah baik terhadap lingkungan di sekolah tersebut.
Ekspektasi tentang Lingkungan Hidup
Setidaknya ada satu tulisan yang bisa menggambarkan ekspektasi alam yang mesti hadir di dalam lingkungan sekolah tersebut. Menurut Pramudista, kepedulian terhadap lingkungan merupakan salah satu tanggung jawab masyarakat untuk hidup nyaman dan juga sebagai sarana menjaga kebersihan. Salah satunya adalah sekolah, menurut saya sekolah harus dirawat dengan baik dan harus ada peraturan mengenai kebersihan lingkungan (Pramudista, 2024).
Di dalam pemikiran tersebut semestinya kita dapat memberikan contoh yang kongkrit tentang kepedulian lingkungan hidup, secara khusus di sekolah. Sekolah sudah menjadi salah satu medium yang paling penting untuk menumbuhkan pentingnya lingkungan hidup. Adapun hal ini dimaksudkan untuk melihat kebelakang bagaimana Islam menggunakan term “tarbiyah” yaitu pemeliharaan yang secara khusus dimaksudkan untuk memelihara atau merawat mengalami perluasan makna meliputi kegiatan pengajaran yang bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi diri, keterampilan dan berakhlak mulia (Hami, 2021).
Masalah Lingkungan Sekolah
Dengan harapan tersebut semestinya sudah dapat dipahami pentingnya menjaga lingkungan hidup khususnya di sekolah bukan hanya sekadar omongan semata. Melainkan menjadi sebuah kebiasaan yang mesti dilakukan oleh warga sekolah. Meskipun demikian, ekspektasi yang diungkapkan oleh Pramudista terkadang tidak berjalan dengan baik. Adapun tulisan dari Muhammad Sigit Nur Yasyid dan juga Fazli Hafizd Saragih memberikan komentar yang amat pedas terkait dengan lingkungan di sekolah.
Menurut Saragih, setidaknya ada banyak sekali yang menjadi permasalahan dalam lingkungan di sekolah. Salah satu contohnya, banyaknya sampah plastik yang ada di luar pagar sekolah dan juga permasalahan toilet yang menurutnya sangat kotor (Saragih, 2024). Selanjutnya, hal yang paling terparah adalah bagian toilet yang menjadi titik sentral paling parah jika dibandingkan dengan lingkungan yang lainnya (Agustine, 2024). Selanjutnya menurut Agustine maupun Saragih, kurangnya kesadaran dari peserta didik dalam memahami pentingnya lingkungan yang bersih.
Sekarang, jika kita melihat dari tulisan Yasyid, setidaknya ia merasa muak dengan keadaan sekolah yang semestinya sudah menjadi hal prioritas di dalam sekolah tetapi masih banyak yang dilanggar. Menurutnya, ia sering melihat orang membuang sampah sembarangan di halaman sekolah. Hal itu yang membuat saya muak karena peserta didik tidak membuang sampah di tempatnya (Sigit Nur Yasid, 2024).
Meskipun demikian, ini bukanlah kiamat bagi Lingkungan di sekolah, hal ini diungkapkan oleh Nurfadilla yang secara apik menggambarkan pengalamannya dalam memungut sampah-sampah yang ada. Berdasarkan ceritanya, ia melihat banyak sampah-sampah yang ada di luar sekolah dan mengangkatnya dengan kantong besar yang biasanya digunakan untuk membuang sampah (Afrillia, 2024).
Penutup
Setidaknya pelajaran yang bisa kita ambil dari kelima tulisan tersebut setidaknya memberikan pesan bahwa anak kecil pun juga menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan. Meskipun hal ini masih dalam konteks Materi PAI tentang Lingkungan, tetapi pikiran mereka tidak boleh diremehkan. Saya merasa, Pendidikan Lingkungan yang diterapkan masih perlu di-upgrade lebih baik lagi.
Referensi
Afrillia, N. (2024). Pengalamanku dalam Peduli Lingkungan. BOW Philosophy. https://bowphilosophy.site/2024
/03/04/pengalamanku-dalam-peduli-lingkungan/
Agustine, V. (2024). Minimnya Kesadaran Lingkungan Hidup di Sekolah. BOW Philosophy. https://bowphilosophy.site/2024/03/04/minimnya-kesadaran-lingkungan-hidup-di-sekolah/
Hami, W. (2021). Pendidikan dan Pengajaran dalam Al-Qur’an : Analisis Semantik Toshihiko Izutsu. Madaniyah, 11(2).
Pramudista, R. (2024). Alam dan Sekitarku. BOW Philosophy. https://bowphilosophy.site
/2024/02/26/alam-dan-sekitarku/
Saragih, F. H. (2024). Penilaianku terhadap Lingkungan Hidup Sekolahku. BOW Philosophy. https://bowphilosophy.site/2024/03/04/penilaianku-terhadap-lingkungan-hidup-sekolahku/
Sigit Nur Yasid, M. (2024). Muak dengan Sampah ! BOW Philosophy. https://bowphilosophy.site/2024/03/04/
muak-dengan-sampah/
Share this content:
Post Comment