Hidup di Era Penuh Absurd
Pendahuluan
Kehidupan yang absurd biasanya sering dijauhi oleh banyak orang, dan terkadang oleh rekan, kerabat kita sendiri. Meskipun demikian, mereka yang hidup seperti itu juga mencoba untuk memaknai hidup mereka dengan makna hidup yang sulit untuk dijelaskan. Sering kali, kita memiliki target di dalam kehidupan, walaupun tak jarang kita terjebak di dalam kegagalan. Anehnya, mereka yang mengalami fenomena seperti ini justru menjalani kehidupan mereka yang begitu menyenangkan tanpa ada rasa beban. Lalu, apakah yang membuat mereka bisa menjalani kehidupan yang seperti itu? Lantas apa yang membuat mereka berani untuk mengambil langkah kehidupan itu?
Sekilas tentang Absurd
Absurdisme adalah suatu aliran filsafat yang menantang cara tradisional manusia memahami makna kehidupan. Dikembangkan oleh filsuf Prancis, Albert Camus, pada abad ke-20, absudisme menyoroti ketidakmampuan manusia untuk menemukan makna intrinsik dalam kehidupan, menghadapi absurditas alam semesta. Absurdisme menolak ide bahwa kehidupan memiliki makna yang jelas atau tujuan yang dapat dipahami oleh manusia. Menurut pandangan ini, alam semesta terus-menerus menghadirkan situasi yang bertentangan, acak, dan tidak masuk akal. Manusia cenderung mencari makna, tetapi dalam dunia absurd, usaha ini sia-sia.
Albert Camus menyatakan bahwa dalam menghadapi absurditas kehidupan, manusia memiliki dua pilihan: bunuh diri atau menerima keadaan tersebut dengan penuh semangat. Sementara bunuh diri adalah tindakan putus asa, Camus mengajukan konsep “revolusi absurd” yang mengajak manusia untuk hidup dengan penuh kesadaran terhadap absurditas, tetapi tetap mencari kebahagiaan dan makna di dalamnya. Contoh kehidupan absurd bisa ditemukan dalam rutinitas sehari-hari yang kadang-kadang terasa tanpa arah atau makna yang jelas. Misalnya, bagaimana manusia bekerja keras untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, hanya untuk menyadari akhirnya bahwa keberhasilan tersebut tidak membawa kebahagiaan atau kepuasan yang diharapkan.
Era Penuh Absurd?
Selama menjalani hidup, pernahkah di dalam pikiran kita untuk melakukan sesuatu yang benar-benar kita tekuni namun justru menyiksa kita sendiri? Apabila ada, maka perlu kita renungkan kembali apa yang ingin kita capai di dalam hidup ini. Seperti kita mencari uang dengan cara usaha, terkadang bisa saja laris manis, tetapi terkadang bisa sepi. Itulah yang dimaksud dengan absurd, sesuatu tersebut tidak bisa kita tebak dan tidak bisa pula kita perkirakan.
Contoh sederhananya, ketika kita melihat teman kita yang dahulunya sangat baik dengan kita, dan akhirnya berpisah. Tapi, setelah penantian panjang, ia justru tidak pernah menganggapnya kita sebagai teman hanya karena status sosial. Hal ini seperti ini juga bisa dikatakan sebagai fenomena Absurditas dalam hidup, karena manusia juga subjek yang tidak bisa ditebak hidupnya. Kita harus mengakui, di dalam setiap kehidupan ada sesuatu yang tidak bisa ditebak, layak BMKG yang segala sesuatunya bersifat prediksi.
Hidup Tak Seperti yang Kita Kira
Situasi yang dialami ini mugkin mirip dengan istilah Paradoks Surgawi, yang di mana kalau kita berpikir sekilas tentang surga pasti sifatnya kebahagiaan. Akan tetapi, jika kita terlalu sibuk untuk mencari tahu kebahagiaan itu sendiri, maka kita akan capek dan akhirnya kita menganggap kebahagiaan itu hanyalah utopia semata. Padahal, kalau kita dapat melihat lebih dalam lagi, kebahagiaan sebenarnya bisa kita rasakan sendiri tanpa perlu dicari. Terkadang, kita tidak pernah mencari kebahagiaan tersebut tetapi ia dengan sendirinya akan datang.
Jika di dalam Agama Islam ada istilah Tuhan dapat membolak-balikkan hati seseorang dan inilah yang menurut saya perlu kita pahami di dalam kehidupan yang absurd ini. Misalnya saja, ada sosok Umar bin Khattab yang dahulu ingin sekali membunuh Nabi Muhammad karena dakwahnya. Tetapi plot twis-nya, Umar bin Khattab justru tertarik dengan Islam ketika adiknya membaca Surah Thaha dan langsung mengucapkan syahadat. Padahal, Umar adalah sosok yang keras lagi batu saat itu, tetapi hanya karena Surah Thaha langsung tergetar hatinya, memang sangat tidak terpikirkan akan berubah seperti itu.
Contoh yang lain seperti yang dialami oleh setelah era Kenabian Muhammad, yaitu Era Khulafa Rasyidin. Dahulu ada seseorang yang dianggap sebagai Ahli Ibadah, beliau juga orang yang rajin shalat malam dan tak pernah lupa akan puasa Sunnah serta penghafal Al-Quran, ia adalah Abdurrahman bin Muljam. Namun pada saat yang sama, dialah yang menjadi dalang dari pembunuhan Khalifah keempat Ali bin Abi Thalib. Sungguh sangat absurd ketika kita melihat fakta tersebut, apalagi datang dari sosok yang dianggap alim berubah menjadi sosok pembunuh.
Kesimpulan
Kehidupan di Era yang penuh Keabsurd-an sejatinya menjadi alasan bagi kita untuk menjalani hidup apa adanya. Terkadang, kehidupan benar-benar berpihak kepada kita, terkadang juga tidak. Hal ini, memberikan kita makna hidup yang sejatinya kita rasakan dengan cara autentik tanpa perlu konsekuensi logis dari kehidupan tersebut. Kebahagiaan memang bisa dicari, tetapi akan sangat sia-sia jika sudah mencari tetapi akhirnya tidak menemukan itu “kebahagiaan” yang terjerumus pada “bunuh diri”. Sebaliknya, jika kita bisa mencari kebahagiaan yang akhirnya membuat kita menemukan makna kehidupan disitulah kita akan merasakan kebahagiaan dalam hidup.
Hidup dari waktu ke waktu memang begitu Absurd jika kita melihat dari kenyataan yang ada. Sering kali manusia bisa berubah dalam waktu yang sekejap saja, dan tanpa memberikan tanda-tanda pasti. Meskipun demikian, setidaknya ada rumus yang bisa kita terapkan di dalam hidup yang serba absurd ini yaitu jangan terlalu terkejut dengan perubahan yang ada. Adapun perubahan tersebut memang tidak bisa ditebak dan sering kali tak pernah kita kira. Dunia yang kita lihat hanyalah sebuah perspektif yang berbeda dari orang lain, dan mereka sendiri memiliki perspektif yang tidak sama dengan kita.
Share this content:
Post Comment