Hari Pendidikan Nasional : Renungan dan Harapan
Pendahuluan
Tanggal 2 Mei 2021, kira-kira lima hari yang lalu, kita merayakan Hari Pendidikan Nasional yang menjadi suatu peringatan bagi kita tentang pentingnya Pendidikan, khususnya di Indonesia. Pendidikan menjadi sangat penting bagi bangsa kita karena dari Pendidikan lah semua hal bisa menjadi sesuatu tersebut. Saya ambil contoh sederhana, sebelum kita mengejar profesi yang kita inginkan, kita akan mengenyam pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Kuliah dan tidak mungkin di dalam sekolah tersebut tidak ada guru. Meskipun ada yang mendapatkan pendidikan yang berbeda daripada yang lain, tetapi ia juga mendapatkan proses berpendidikan.
Sebagai seorang pendidik adalah suatu yang sangat menyenangkan untuk berproses dan berpendidikan, apalagi seorang guru yang senang sekali untuk bertemu dengan gurunya dan ia juga banyak belajar dari muridnya juga, istilah kerennya Education is mutual process. Inilah yang menjadikan pendidikan sebagai sesuatu yang sangat penting di dalam kehidupan, karena bagaimana orang menjalankan hidupnya bisa dilihat dari pendidikannya.
Sejarah Singkat Hari Pendidikan Nasional
Hari Pendidikan Nasionak atau yang biasa kita sebut dengan istilah Hardiknas adalah hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa, diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya.
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama era kolonialisme Belanda, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Hari nasional ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, Tut Wuri Handayani (“di belakang memberi dorongan”), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Hari tersebut memang menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia dan Ki Hadjar Dewantara menjadi role model sekaligus iconic model dalam menyambut hari tersebut. Namun ini juga menjadi renungan bagi kita semua tentang pentingnya Pendidikan yang saat ini perlu mendapat perhatian yang serius, baik itu dari Pemerintah setempat maupun masyarakat itu sendiri.
Memaknai Hari Pendidikan Nasional
Setiap kita yang sedang mengenyam Pendidikan maupun yang sudah selesai, Pendidikan menjadi sesuatu yang bernilai di dalam hidupnya, baik itu sebagai individu maupun kelompoknya. Sebagai warga negara Indonesia, Hardiknas setidaknya menjadi sebuah semangat untuk mengobarkan Pendidikan yang setinggi-tingginya dan memberikan kebermanfaatan kepada yang lain untuk merasakan bagaimana pendidikan itu hadir di dalam kehidupan manusia.
Hari tersebut sejatinya menjadikan kita untuk sama-sama berpikir, apakah Pendidikan di Indonesia ingin seperti apa? Lalu apa yang menjadi kekurangan di dalam Pendidikan kita? Kemudian, usaha apa yang bisa kita lakukan untuk memajukan Pendidikan di Indonesia? Namun apa yang kita saksikan saat ini adalah sesuatu yang sangat bertolakbelakang dengan yang seharusnya.
Media saat ini, yang seharusnya memberikan semacam edukasi kepada masyarakat luas, justru digiring kepada informasi yang bersifat pembodohan, dan secara tidak langsung media saat ini mengajarkan hal yang tidak bermanfaat. Dan uniknya lagi, kita banyak sekali melihat media yang sering kali dianggap benar karena terlalu dibuat-buat alias drama. Seakan-akan ini mengingatkan kita dengan apa yang diungkapkan oleh Jean Baudrillard bahwa kita hidup di dunia di mana semakin banyak informasi, dan semakin sedikit makna.
Demi meminimalisir hal tersebut, kita sangat memerlukan Pendidikan yang berfungsi untuk mencerahkan kehidupan. Dengan pendidikan, kita akan mengetahui hal apa saja yang bisa bermanfaat bagi kita maupun orang lain. Dengan berkaca dari pengalaman yang dialami oleh Jepang ketika Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh sekutu, lalu Kaisar Jepang menanyakan sesuatu yang tidak diperkirakan oleh kita sendiri yaitu berapa jumlah guru kita yang tersisa? Mungkin karena inilah yang menjadi kebangkitan Jepang pasca kalah perang saat itu.
Kita boleh saja berharap mengenai Pendidikan di Indonesia, dan paling tidak harapan yang mungkin bakalan disampaikan adalah Pendidikan bukan hanya sekadar gelar semata atau memandang seseorang berdasarkan eksistensinya namun tidak melihat dari segi esensi seseorang. Namun, sejatinya Pendidikan menjadi sesuatu yang mampu mengubah personal sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang diatur oleh UU No. 20 Tahun 2003 yaitu tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dan semoga juga sistem pendidikan juga lebih menyesuaikan kebutuhan anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan, dan tidak terlepas pula dengan sarana pendidikan yang memadai, serta menjadikan manusia Indonesia sebagai seorang terdidik yang baik dan berani bisa menjadi pemimpin di Indonesia, dan juga pendidikan kita juga berorientasi pada humanisme seperti yang dicontohkan oleh Psikolog Humanistik tentang betapa uniknya setiap manusia yang ada dan Howard Gardner tentang Kecerdasan Ganda. serta tentu saja Pendidikan di Indonesia bisa semakin demokratis.[]
Kontributor
Amar Ma’ruf (Freshgraduated Sarjana Pendidikan Agama Islam IAIN Pontianak)
Irma Naura Rifanka (Mahasiswa FKIP Pendidikan Biologi UNTAN)
Daftar Pustaka
Baudrillard, Jean. (1994). Simlulacra and Simulation : The Body, In Theory: Histories of Cultural Materialism. USA : University Of Michigan Press.
Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktek, terj. Alexander Sindoro, Batam: Interaksa.
Haryu. (2006). Aplikasi Psikologi Humanistik dalam Dunia Pendidikan di Indonesia. Jurnal Psikologi. Vol 1. Hlm 75-90.
Kontributor Wikipedia. “Hari Pendidikan Nasional.” Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, 18 Mar. 2021. Web. 18 Mar. 2021.
Marwati. (2012, May 3). National Education Day 2012: The Rise of Indonesian Golden Generation. Yogyakarta, DIY Yogyakarta, Indonesia.
Nawai, Armin, Fory. (2019). Sang Guru : Panduan Guru Profesional Menuju Indonesia 4.0 : Gorontalo : PGRI-Gorontalo Press.
Paulo, Freire. (1999). Politik Pendidikan : Kebudayaan, Kekuasaan & Pembebasan, terj. Agung Prihantoro, Fuad Arif Fudiyartanto, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
—————- . (2008). Pendidikan Kaum Tertindas, terj:Tim Redaksi. Jakarta: LP3ES
T. Suparman, Agung, Leo (2012). Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Share this content:
Post Comment