Menguak Filsafat Harapan dalam Film I am Hope
Overview
Ada suatu quotes yang menarik dari ending dari film “I am Hope” yaitu Harapan adalah mimpi yang tidak pernah tidur. Seakan-akan kalimat tersebut mengingatkan saya pada sosok Aristoteles yang kira-kira seperti ini “Hope is a waking dream” artinya Harapan adalah mimpi yang terjaga. Ungkapan Aristoteles tidak hanya sekadar ucapan saja, dan saya memaknai ungkapan tersebut inspirasi dari seorang pemimpi masa depan. Toh, kita punya Tuhan yang Maha Besar, mengapa kita tidak bisa bermimpi yang lebih besar? Sebelum menjelaskan Filosofi tersebut, ada kalanya kita melihat terlebih dahulu Sinopsis dari Film “I am Hope”
Sinopsis Film “I am Hope”
Mia sangat berkeinginan untuk membuat pertunjukan teater. Namun mimpi tersebut harus terhenti sementara karena ia divonis mengidap kanker, penyakit yang merenggut nyawa ibunya. Mia merasa seluruh pengalaman kelam akan kembali terulang. Ayahnya akan kembali terpuruk, ekonominya merosot. Mia selalu ditemani oleh Wanita Bernuansa Pelangi, yang setia dan bersikap positif di sampingnya. Mia berjuang menguatkan dirinya untuk menghadapi beberapa proses kemoterapi, sampai hampir seluruh energi yang telah ia persiapkan untuk membuat pertunjukan habis terpakai.
Pada suatu hari Mia mendatangi sebuah production house untuk memberikan naskah yang menjadi mimpi dan semangatnya itu kepada produser. Sang Produser tidak dapat ia temui. Dengan kecewa Mia pulang, tetapi ia menemukan sebuah pertunjukan kecil dari sebuah poster. Mia masuk dan menonton pertunjukan itu. Mia terpaku pada seorang aktor tampan, David. Usai pertunjukan, Mia yang sedang bergegas pulang bertemu dengan David. Mia pun terus menjalin komunikasi dengan sang aktor. Ia mendapat bantuan untuk menyerahkan langsung naskah yang ia tulis kepada sang produser, Rama Sastra. Mereka berhasil membuat Rama setuju untuk membaca naskah tersebut, bahkan tergerak untuk membantu Mia mewujudkannya menjadi kenyataan.
Dengan dukungan penuh David, Wanita Bernuansa Pelangi, dan optimisme tinggi, Mia mulai kembali mengejar mimpinya, sampai harus terbaring diam di rumah sakit. Mia harus menjalani operasi pengangkatan sel kankernya. Usai melalui operasi yang sukses, Mia segera kembali mengejar impiannya.
Pemaknaan Filsafat Harapan di dalam Film I am Hope
Jika kita perhatikan dari sinopsis tersebut, memang ini diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki riwayat penyakit seperti kanker. Memang, penyakit ini adalah sesuatu yang membuat kita putus asa, dan berakhir dengan keputusasaan. Namun, ketika saya melihat kembali film tersebut, saya melihat adanya semacam motivasi yang besar dari film tersebut. Jika kita teringat dengan ungkapan Ibn Sina yang sangat terkenal yaitu “Saya lebih memilih memiliki hidup yang pendek dengan lebar daripada yang sempit dengan panjang.”
Ungkapan dari Ibn Sina setidaknya memberikan semacam pemaknaan hidup, tentang bagaimana seseorang yang berumur pendek, tapi memberikan sesuatu yang bermakna bagi banyak orang, bahkan setelah ia meninggal sekalipun. Adapun Mia di dalam film ini seperti memberikan kesan untuk menjadi seseorang yang menginspirasi banyak orang dan senantiasa memberikan yang terbaik di dalam hidupnya.
Walaupun impian dari Mia mendapat tantangan yang sangat eksistensialis yaitu ia mesti menerima dirinya yang terkena Kanker, yang merupakan penyakit yang begitu menganggu di dalam hidupnya, tetapi ia tidak peduli dengan penyakitnya dan memilih melanjutkan hidupnya untuk menggapai impiannya untuk membuat sebuah panggung teater.
Menariknya adalah sepanjang apapun hambatan yang dimiliki, ia tidak pernah merasa putus asa dan mencoba untuk selalu menerima dirinya dengan baik. Film ini sebenarnya mengajarkan kita tentang apakah itu harapan? mengapa semua orang butuh harapan? Dan apakah harapan itu bisa kita gapai? Semuanya itu tergantung dari usaha yang keras dari tiap-tiap individu agar mencoba untuk memaknai hidup dengan kebahagiannya.
Saya teringat dengan salah satu buku yang ditulis oleh George Boeree seorang Profesor Psikologi di Shippenburg University yang boleh kita sebut dengan istilah hasrat. Mia yang memiliki hasrat untuk membuat panggung teater memiliki nilai yang sangat berarti bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan untuk tetap melanjutkan hasrat yang baik itu.
Menurut Komaruddin Hidayat, ada salah satu bentuk kebahagiaan yang menjadi kunci utama kita dalam bertahan hidup yaitu Spiritual Happiness. Kebahagiaan spiritual ini merupakan kebahagiaan yang dilakukan oleh tiap orang dengan tulus, tanpa paksaan dan terbebas dari keinginan untuk pamer. Dalam film tersebut, Mia mengajarkan kita tentang kebahagiaan yang seperti ini menjadi kunci utama dalam keberlangsungan hidup dan lebih melakukannya dengan cara yang tulus, dan menerima kelemahan dirinya dengan bijaksana.
Ditambah lagi di masa-masa yang tidak memungkinkan untuk berkarya, Mia masih bisa untuk membuka kemungkinan harapan akan terjadi. Elisabeth Kübler-Ross kagum dengan orang-orang di dalam kondisi apapun, bahkan sebesar apapun penyakit yang diderita, selalu saja ada kemungkinan untuk penyembuhan dan ini merupakan bentuk harapan yang membuat mereka bertahan melalui berhari-hari, dari minggu ke minggu, bulan ke bulan penderitaannya.
Sekali lagi The Power Of Hope memberikan kemungkinan bagi kita untuk menjalani hidup lebih berarti, dan lebih memberikan peluang kita untuk merasakan kesehatan mental dan berjuang untuk menikmati sisa-sisa hidupnya. Dengan begitu, ketika ia akan menghadap kematian ia akan menjadi seseorang yang paling menerima dirinya.
Di dalam Film “I am Hope” ini, sebenarnya mengajarkan kita betapa berharganya hidup kita untuk digunakan dengan sebaik-baiknya, walaupun rintangan yang begitu besar bahkan itu datang dari kita sendiri. Harapan menjadi Obat bagi orang yang berputus asa, tidak heran Tuhan berfirman : “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah” (Qs Az-Zumar ayat 53).
Referensi
Elisabeth Kübler-Ross. 1998. On Death and Dying (Kematian Sebagai Bagian Kehidupan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
George Boere. 2013. General Psychology : Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi & Perilaku. Yogyakarta : PRISMASOPHIE.
Komaruddin Hidayat. 2013. Life’s Journey : Hidup Produktif dan Bermakna. Jakarta : Noura Books.
Shirzad Chamine. 2014. Positive Intellegence : Mengapa 20% Tim dan Individu yang Mampu Mencapai Potensi Mereka Yang Sebenarnya dan Bagaimana Anda dapat Mencapai Potensi Anda yang Sebenarnya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Share this content:
Post Comment