Loading Now

Menyingkap Kemungkinan : Potensi Hati dan Nafsu

Ada sebuah cerita yang sangat menarik untuk kita renungkan, mungkin ini hanya bersifat candaan ataupun memang menjadi kemungkinan, tetapi hanya Allah yang lebih tahu akan takdir kita selama ini.
“Ahmad, sudah berumur begini kok belum menikah? memangnya ada apa?” tanya seorang sahabat Si Ahmad,
“Bukannya aku tak mau, tapi ada kendala sih.” jawab Ahmad dengan sedikit pesimis,
“Apa itu?” si sahabat tersebut bertanya lagi dengan Ahmad,
“Aku lagi kesulitan untuk mencari seorang perempuan, tetapi ia belum pernah pacaran.”
“Memangnya ada apa?”
“Begini ya, yang aku khawatirkan, saat aku menikah nanti, lebih tepatnya akad nikah. Misalnya mantan perempuan yang aku nikahi ada 20, lalu ia mengetahui bahwa dirinya akan nikah denganku, lalu mereka membuat grup What’s App dengan judul PPA.”
“Lah terus, apa kependekan dari PPA?”
“Para Pembunuh Ahmad”
“Ya elah, bro. Mana mungkin mereka akan melakukan hal seperti itu!” ucap sahabatnya yang sedikit tertawa mendengar penjelasan Si Ahmad,
“Bukankah hati itu bisa bolak-balik?”
“Iya, betul”
“Pada saat itulah yang aku khawatirkan, mereka mengetahui dan ingin sekali membunuhku, karena aku sudah merebut apa yang menjadi masa lalu nya alias, masa depan yang tak direalisasikan.”
Cerita tersebut memang sedikit terdengar aneh, dan jika kita persepsikan lebih awal ia memang sedikit overthinking, lalu ini dianggap sebagai persoalan yang sepele, karena terlalu banyak pikiran yang ada di benak Ahmad. Tetapi secara psikologis, Ahmad boleh cemas seperti yang di dialogkan seperti di atas, karena ia berbicara tentang kemungkinan. Karena dunia ini terdiri dari dua hal yaitu Kemungkinan dan Ketidakmungkinan, kemudian ada Kepastian dan Ketidakpastian.
Banyak orang yang selalu berbicara tentang kepastian, padahal setiap yang ada di dalam bumi ini bersifat Kemungkinan dan Ketidakmungkinan. Contoh yang paling simpel adalah kematian, kita tidak pernah tahu kapan kematian akan menjemput, baik dengan cara yang mendadak, ataupun dengan lambat.
Itulah mengapa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam selalu berdoa ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik, setidaknya artinya seperti ini : “Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu”, walaupun doa ini meminta untuk di tetapkan hati kita untuk tetap istiqomah di dalam jalan agama, tetapi ini juga bermakna untuk meminta kepada Allah Ta’ala agar kita tetapkan hati kita untuk selalu menjalankan kebajikan atas nama Agama. Karena, seperti kita ketahui bahwa, hati dan nafsu sering kali bersifat relatif (berubah-ubah), dan kita hendaknya selalu minta kepada Tuhan agar selalu ditetapkan hati kita untuk senantiasa berhati mulia.[]

Share this content:

Post Comment