Loading Now

Memelihara Keunikan


20200622_203443_0000 Memelihara Keunikan
Sumber Gambar : Canva 

Mengapa kita harus berbeda? Apa yang anda pahami bahwa diri ini perlu berbeda? Bagaimana kita akan menjadi yang berbeda? Paling tidak pertanyaan seperti itu sama seperti kita ingin menjadi seseorang yang normal di mata orang. Albert Camus memberikan sebuah satire terhadap seseorang yang berusaha untuk hidup normal dengan mengungkapkan bahwa setiap harinya manusia menghabiskan energi agar ia menjadi seseorang yang normal.

Padahal di dalam diri manusia tidak mesti 100% normal, dan setidaknya ada 5% manusia mengalami kegilaan (hal tersebut berdasarkan riset yang dilakukan oleh salah satu dosen saya), mungkin bisa saja ia gila makan, gila shopping, gila hunting foto, gila baca buku dan lain sebagainya. Hal tersebut memang menjadi sesuatu yang lumrah karena setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan juga kekurangan, bagaimanapun kelemahan adalah refleksi kehidupanmu sedangkan kelebihanmu adalah kekuatan.

Menjadi seseorang yang berbeda dengan biasanya sering kali mengalami penolakan, baik itu secara halus maupun kasar. Paling tidak, terkadang setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda. Mungkin ini yang disebut oleh Psiko-Humanistik yang menganggap bahwa setiap person adalah unik dan pastinya berbeda dengan manusia satu sama lain. Namun sering kali, manusia lebih sering mengambil sikap pukul rata untuk menentukan sikapnya untuk orang lain dan menggunakan pengalamannya. 

Jika kita memahami perbedaan ada suatu keunikan, semestinya kita tidak akan bisa menggunakan pengalaman kita untuk mereka, karena tidak relevan dan pastinya pengalaman orang-orang berbeda. Mungkin bisa saja di samakan, tapi dengan cara yang berbeda pula, meskipun dengan pola yang sama. Semestinya, perbedaan itu melahirkan sebuah kesadaran, bahwa kita adalah makhluk yang lebih sekadar untuk mengekspresikan diri. 

Keunikan juga merupakan bagian dari Pendidikan yang semestinya kita lestarikan, karena di Indonesia sendiri masih memiliki Bhinneka Tungga Ika, yaitu berbeda namun tetap satu. Artinya, kita masih diizinkan menjadi sesuatu yang berbeda dari biasanya, karena pada dasarnya akan melahirkan satu rasa yaitu kebahagiaan. Bukankah akhir dari semuanya adalah menjadi sesuatu yang bahagia baik secara jasmani dan ruhani? Jika demikian anda sedang menikmati perbedaan dengan versi anda sendiri.

Tidak perlu disoalkan tentang perbedaan antara satu dengan yang lain, karena bagaimanapun kita sudah memang terlahir dari rahim yang berbeda pula, jadi alasan kita untuk berbeda dengan yang lain sudah menjadi sesuatu yang lumrah. Lalu, mengapa sekarang ada istilah memaksakan kehendak? Bukankah itu sudah melanggar hak asasi sebagai manusia yang memiliki akal budi? Setidaknya mari kita rayakan perbedaan kita dengan menjaga perbedaan tersebut dan jadilah manusia yang berbeda dengan kebanyakan orang, You are a person not a toy![]

Share this content:

Post Comment