Loading Now

Menjadi Dermawan Yang Tersembunyi

 

%2528salinan%2Byang%2Bberbeda%2529%2BSumber%2BGambar%2Bdari%2Bhidayatullah.com%25285%2529 Menjadi Dermawan Yang Tersembunyi

Pontianak, 19 Desember 2016

Ketika itu, saya merasakan duka yang mendalam atas kepergian ayah saya, dan tidak pernah habis berpikir akan terjadi seperti itu, walaupun firasat sudah mengatakan bahwa beliau akan pergi untuk selamanya. Walaupun kesedihan terus menghampiri keluarga kami, tetapi ada yang tidak biasa dari keadaan almarhum ayah saya yang begitu tenang di dalam menghadapi Sakratul Maut, biasanya orang-orang yang sudah berhadapan dengan keadaan sekarat pasti akan mengalami kesulitan dan bahkan rasa sakit yang amat sangat. Namun, berbeda kasus dengan apa yang di alami oleh ayahku, beliau meninggal tanpa rasa sakit, seakan-akan beliau tahu bahwa umurnya akan sekian dan sekian.

Namun hal tersebut yang ingin saya ungkapan bukan kesedihan, namun akan tetapi betapa menariknya ketika ayahku berada di ruang ICU yang sangat membutuhkan uang yang tidak sedikit. Awalnya, kami hanya bisa pasrah akan keadaan, dan memaksa kami untuk menyerah. Namun, tampaknya Allah berkata lain dengan dihadirkan banyak sekali orang-orang dermawan untuk membantu membiayakan administrasi dan kebutuhan lainnya, entah itu berupa uang, makanan dan lain sebagainya.

Menariknya, setiap orang yang datang memberikan sumbangan berbentuk uang yang tidak sedikit. Padahal kebutuhan untuk ruang ICU yang begitu mahal banget, tetapi tidak merasa terbebani, karena banyak sekali bantuan yang datang. Ibu saya pernah bercerita jika bapak merupakan orang yang dikenal baik dan dermawan, ia tidak ingin dikenal sebagai orang yang dermawan atau apapun itu, karena menurut beliau hanya akan merusak amal ibadah saja. Beliau dikenang sebagai sosok Pak Mude (istilah orang Pontianak yang menggambarkan Paman Muda karena beliau memiliki kakak kandung atau Bibi kandung saya) yang sangat dermawan dan tanpa perhitungan, apalagi soal bersedekah.

Di masa perawatan di rumah, sebenarnya ada seseorang dari rumah sakit yang ingin melihat perkembangan kondisi almarhum ayahku saat itu, dan dia merupakan perawat di Rumah Sakit Kharitas Bhakti yang merupakan perawat di ICU yaitu Bang Rudolf. Beliau lah yang intens merawat bapak bahkan sampai ke rumah. Akan tetapi, ketika kam ingin memberikan beliau upah untuk nya, beliau menolak dan berkata kepada abang kandungku “Saya ikhlas merawat bapak abang, dan beliau sudah saya anggap sebagai ayah sendiri. Jikalau abang mau memberikan saya uang, maka saya tidak mau merawat bapak lagi, dan jangan anggap saya saudara lagi.”

Begitu terkejutnya Saya melihat respon perawat yang selalu merawat bapak dari rumah sakit tersebut, dan ia hanya peduli dengan keadaan bapak yang begitu sakit. Tetapi beliau menunjukkan dedikasi yang luar biasa. Bahkan ibuku sempat pernah berkata “Boleh jadi, inilah balasan dari sedekahnya, ayahmu diberikan perawat yang senang hati merawatnya dan tidak mau dibayar” .Saya pun baru tersadar bahwa beliau selalu menyisihkan sebagian hartanya untuk berbagai tempat, seperti Pondok Pesantren, Masjid peninggalan kakek Buyutku yang bernama Masjid At-Tamini di Sungai Kupah. Namun, setiap bulan Ramadan, Saya selalu mengingat bahwa beliau selalu menjadi donatur untuk Buka Puasa di Masjid Darul Muttaqien, Pontianak Barat.

Saya tidak pernah menyangka bahwa ayahku merupakan orang yang dermawan dan tidak pertimbangan dalam memberikan benefit bagi banyak orang, dan Saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah tidur untuk melihat hamba-Nya yang gemar bersedekah, baik itu masa lapang maupun sempit. Sekalipun beliau (ayahku) sudah wafat bulan Desember 2016 yang lalu, akan tetapi nama beliau selalu terkenang di hati sahabatnya, keluarganya dan orang-oramg yang beliau tolong.

Setiap kali ketika mendengar nama ayah, entah dari sahabatnya maupun keluarganya, selalu saja terkenang yang baik-baik. Mungkin ini yang disebut oleh Allah “memanjangkan umurnya” di dalam hadits. Sekalipun beliau telah wafat, tetapi ia selalu di kenang, bahkan saya sendiri tidak pernah menganggap bahwa beliau telah tiada, karena bagaimanapun apa yang di ajarkan beliau sampai saat ini masih terkenang hingga di lubuk hati yang terdalam.[]


Share this content:

Post Comment