Loading Now

Media Sosial Sebagai Tuhan Baru?

 

20200819_200440_0000 Media Sosial Sebagai Tuhan Baru?
Sumber Gambar : Canva


Pendahuluan
Kehadiran Media Sosial sangat ternyata sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Dunia khususnya di Indonesia. Menariknya, media sosial ini tidak hanya sekadar untuk identitas sosial semata, melainkan menjadi bagian dari eksistensi dari seseorang itu sendiri. Eksistensi yang saya maksudkan adalah media sosial menjadi keberadaan dirinya tidak hanya di dunia realitas tetapi di dunia virtual. Tidak heran media sosial menjadi bagian dari kehidupan masyarakat apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, media sosial menjadi sangat dibutuhkan sekarang ini.
Saking berpengaruhnya media sosial di dalam kehidupan masyarakat, tidak jarang manusia memanfaatkan media sosial sebagai kegiatan yang bersifat individu maupun kelompok, baik itu bersifat Charity maupun bisnis.  Meskipun demikian, tidak jarang media sosial dijadikan ajang panjat sosial bagi sebagian orang yang memiliki kepentingan yang sementara, ada juga yang memanfaatkannya sebagai promosi seperti endorsment, partnership maupun bagian dari pekerjaan.
Media Sosial sebagai New Media

Dewasa ini media-media seperti Koran, Majalah, Buku dan media cetak lainnya seperti sudah tergeser dari kebermanfaatannya dan digantikan dengan media sosial yang ada di smartphone yang lebih universal untuk mengakses secara langsung tanpa perlu mendapatkan versi cetakannya. Dari genggaman ponsel pintar, anda sudah mendapatkan segala macam sumber yang ada termasuk update seputar Corona Virus.
Semakin berkembangnya teknologi sekarang ini, media sosial tidak kalah canggihnya dan bisa dikatakan segala apapun yang kita butuhkan sudah hadir di dalam genggaman. Kali ini, tampaknya, media-media yang bersifat cetak mesti menggunakan media sosial untuk memberitakan hal-hal yang menurut mereka sangat efektif dan efisien pengunaannya.
Di samping penggunaan yang mudah, media sosial sangat berpengaruh penuh terhadap anak muda saat ini. Apalagi dengan media sosial, mereka tidak hanya memajang eksistensi mereka sebagai social media user tetapi juga sebagai ajang eksistensi bagi mereka untuk bersaing baik secara ekonomi maupun sosial influencing. Sangat menarik memang, media sosial sudah menjadi dunia baru bagi anak muda yang tidak bisa menuangkan ide-idenya lewat surat kabar atupun media cetak lainnya, namun lewat media sosial, semua itu menjadi mungkin.
Eksistensi Media Sosial di Masa Kontemporer

Memang benar media sosial hadir di dunia Kontemporer, tetapi tidak menutup kemungkinan, eksistensi media sosial bisa saja menjadi dua realitas yaitu realitas yang sebenarnya dan adapun realitas yang dibuat-buat, sama seperti pemikiran Jean Baudrillard mengenai Hyperreality. Baudrillard sendiri mengakui adanya realitas yang sering kali dibuat-buat bahkan terkesan settingan. Misalnya saja seseorang terkadang tidak bisa membedakan antara suasana kehidupan yang sesungguhnya dengan kehidupan yang serba dibuat-buat, karena kedua secara inderawi adalah dua hal yang sama.
Apalagi dewasa ini, manusia sangat sulit membedakan antara Fakta dan Realita, karena dilihat berdasarkan inderawi (empiris). Padahal, kebenaran berdasarkan empiris bisa saja menipu kita, karena kita hidup secara plural (jamak) dan realitas sendiri tidak hanya kita sendiri yang memegang, tetapi manusia yang lain juga punya kebenarannya masing-masing. Tidak heran HOAX menjadi sesuatu yang akan terjadi jika pengguna itu sendiri tidak bisa membedakan antara kenyataan yang sesungguhnya dengan yang dibuat-buat. 
Perlu diketahui, HOAX tidak selamanya diartikan sebagai berita bohong, tetapi sebagai media yang menyediakan informasi yang tidak sinkron dan ketidaktersedianya media untuk membedakan antara Fakta dan Realita, karena keduanya sering diartikan sama saja, dan bersifat inderawi. Maka dari itu, Media Sosial sebagai eksistensinya, tidak hanya sebagai bagian dari keberadaan dunia itu sendiri, tetapi ia juga tidak mampu untuk membedakan antara realitas yang sesungguhnya dengan yang settingan dan manusia lebih sering terjatuh di realitas yang dibuat-buat tersebut.
Dampak dari Penggunaan Media Sosial

1. Dampak Positif

Pada dasarnya, media sosial merupakan media yang sangat baik dan comfortable bagi semua orang, dan penggunaan media sosial sendiri tidak memandang usia yang menggunakannya. Akan tetapi, media sosial setidaknya hal-hal yang positif beberapa di antaranya adalah menjadikan hubungan yang jauh menjadi lebih dekat dengan media sosial, jarak tersebut tidaklah berarti karena bisa terhubung meski dengan lewat perantara aplikasi. Kemudian yang selanjutnya adalah memudahkan proses baik untuk pekerjaan maupun yang lain, biasanya dalam pekerjaan yang semestinya dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu dan terhalang oleh jarak dan tempat, media sosial menjadi solusi utama dalam urusan ini.
2. Dampak Negatif
Kebalikan dari hal yang positif, dampak negatif dari media sosial itu sendiri juga bisa menjauhkan kita dari hubungan sosial kepada orang lain dan seakan-akan terkesan individualisme. Tidak jarang, rusaknya hubungan seseorang dikarenakan media sosial yang sangat massive penggunaanmya. Kemudian, dari segi kualitas waktu, akan berkurang dikarenakan mereka akan lupa waktu untuk melakukan sesuatu seperti kewajiban pekerjaan, ataupun tugas-tugas sekolah maupun kuliah dan menyibukkan diri dengan media sosial. Dampak negatif yang lainnya adalah menjadikan seseorang menjadi pribadi yang anti sosial, karena mereka sudah terlalu nyaman dengan media sosial, kehidupan di sekitarnya jadi tidak menjadi concern bagi dirinya, dan merasa kehidupan di media sosial sudah menjadi kehidupan yang primer baginya dan itu juga sangat berpengaruh bagi Psikologis seseorang. 
Adapun yang lainnya dan tidak kalah penting yaitu sulit untuk filterisasi konten yang ingin ditonton. Permasalahan konten yang bersifat pornografi, kekerasan dan SARA menjadi bagian yang sangat vital. Parahnya lagi, jika itu ditonton oleh orang yang masih berada di bawa umur (belum dewasa secara biologis maupun psikologis) hal itu akan menjadi permasalahan yang sangat terpenting dan melahirkan krisis-krisis baru seperti krisis moral dan krisis akhlak.
Media Sosial Sebagai Tuhan Baru?

Tidak diragukan lagi keberadaan media sosial di dunia ini dan sekaligus menandakan betapa modern dunia sekarang ini. Akan tetapi, banyak yang tidak menyadari bahwa manusia terlalu bergantung dengannya, seakan-akan tidak bisa hidup tanpa sosial media. Bahkan banyak dari pengguna sosial media sudah tidak memiliki akal lagi, dikarenakan terlalu over act di dalam Media Sosial tersebut. Akibatnya, ia menjadi seseorang yang lupa dirinya sebagai manusia, dan matian-matian untuk mendapatkan apa yang diinginkan, bahkan lebih berharap kepada Media Sosial daripada Tuhan itu sendiri. Yang pada akhirnya Media Sosial menjadi Tuhan baru, dan menggeser Tuhan sebagai yang disembah dan diprioritaskan. 

Mungkin pertanyaan yang dahulu di ucapkan ada akun facebook tidak? Atau instagram? Sekarang akan bertanya berapa followers-nya? Kemudian dari pertanyaan tersebut akan mencoba untuk bersaing, jika secara sehat mungkin sudah biasa, tetapi jika bersaingnya dengan cara yang kotor dan demi meraup follower banyak, apapun akan dilakukan asal untuk menambah pengikutnya. Bahkan ia hanya hidup berdasarkan kemauan para pengikutnya, padahal ia bisa menjadikan dirinya sebagai seorang yang unik bila dibandingkan dengan mengikuti apa kata pengikutnya karena untuk kepentingan sementara. 
Kesimpulan
Media Sosial sebenarnya sangat bermanfaat digunakan sebagai media yang edukatif dan kontemplatif. Tetapi realitasnya berubah karena sering kali media sosial dianggap sebagai media untuk menampilkan dunia yang sering kali dibuat-buat dan terkesan realitas yang dibuat nyata. Bagaimanapun, kita sebagai manusia setidaknya mempunyai kemampuan untuk melakukan filtering agar bisa menangkal media sosial yang tidak mendidik kemudian bergerak untuk menjadi penguna media sosial yang bijaksana.[]


Kontributor Pikiran
Amar Ma’ruf, S.Pd (Lulusan S.1 IAIN Pontianak)
Afifah Inayah Ahmad (Mahasiswa Keperawatan D.3 di Poltekkes Kemenkes, Pontianak)
Amarilla Widi Ramadhani (Mahasiswa Ekonomi di University Of Leeds, Inggris)
Ardiansyah (Siswa Kelas XII MIPA di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pontianak)

Share this content:

Post Comment