The School Of Averroes : Berpikir Kritis Sejak Dini
Pada hakekatnya, Sekolah Dasar berfungsi sebagai wadah untuk memperkenalkan pemikiran kritis dalam konteks lingkungan dan kehidupan itu sendiri. Idealnya, diharapkan setiap anak dibekali rasa ingin tahu yang mendalam agar memperoleh ilmu dan pemahaman. Fenomena ini dianggap sebagai kejadian normatif karena individu pada tahap ini mengalami lintasan perkembangan yang cepat dan beragam. Perkembangan tersebut tidak hanya mencakup perubahan fisik tetapi juga perluasan pengetahuan individu. Salah satu pengalaman unik yang saya alami adalah menjadi pengawas ujian tengah semester siswa kelas 6 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dimana soal ujian disajikan dalam bentuk soal esai terbuka. Tanggapan yang diberikan oleh mereka dapat dianggap tidak cukup, namun mereka telah mengembangkan kecakapan dalam menjawab pertanyaan serupa karena pembiasaan.
Namun demikian, saya hanya memberi mereka pernyataan yang menunjukkan bahwa tanggapan itu bukan masalah benar atau salah, melainkan keakuratan atau ketidaktepatannya. Keabsahan jawaban yang diberikan dalam buku berjudul Fokus tidak dapat dipastikan dalam tes tersebut, sehingga sia-sia untuk dijadikan acuan jawaban. Publikasi berjudul “Buku Fokus” hanya memberikan pendekatan langkah demi langkah menjelang ujian, bukannya menawarkan solusi eksplisit. Hebatnya, setelah mengevaluasi skor mereka, saya pribadi mengamati bahwa kinerja mereka lebih memuaskan jika dibandingkan dengan format pilihan ganda. Apa yang menyebabkan fenomena ini? Salah satu faktor yang berkontribusi potensial adalah individu yang menjawab pertanyaan berdasarkan pengalaman pribadi dan ekspresi mereka saat ini. Hal ini dapat menyebabkan tanggapan subyektif dan potensi bias dalam analisis data. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan metode alternatif pengumpulan dan analisis data untuk memastikan objektivitas dan meminimalkan potensi sumber kesalahan.
Sejak saat itu, alasan di balik keputusan saya membaptis kelas Pendidikan Islam kelas enam sebagai Kelas Averroes terutama bermula dari keinginan saya untuk memperkenalkan Ibnu Rusyd atau Averroes kepada mereka. Di kelas enam di bawah asuhan saya, keterampilan berpikir kritis diperkenalkan sejak dini untuk membiasakan siswa dengan pengetahuan yang diperoleh dari sumber eksternal.
Share this content:
2 comments